Karena kasus sirosis liver, terjadi bleeding dan menyebabkan kadar albumin turun. Hasil lab menunjukkan kadar albumin 2,12 dari rentangan nilai normal 3,4 - 4,8. Dengan rendahnya kadar albumin ini, perutnya alami ascites (busung, bgaai oranghamil 9 bulan) karena cairan sulit keluar. Dengan kondisi ascites tsb, sungguh tidak mengenakkan karena ada perasaan sebah, kembung, dsb. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan albumin.
Sabtu-Minggu, dokter tidak visit pasien, menunggu treatment, dokter jaga yg residen tidak berani ambil keputusan meski tahu treatment yg perlu diberikan. Saya ambil inisitiaf menyuruh adik untuk menyembelih ikan gabus yg kami pelihara di rumah, dalam kondisi hidup diiris dekat insangnya, dan dalam keadaan menggelepar, langsung dikukus. Atau, beri air garam, ikan akan mati lalu diiris dan dikukus. Dari seekor ikan gabus, akan menghasilkan sesendok lendir. Dicampur dengan jeruk nipis atau madu, lendir diminumkan ke pasien. Namun, jangan harap setiap pasien mau minum lendir ini secara langsung, bisa mual karna amat amis. Kasus suami saya seperti itu sehingga saya harus memaksanya. Tetapi tak ada hasil, mulutnya tak mau terbuka untuk minum lendir. Saya cari akal, beli kapsul, dan lendir saya masukkan kapsul lalu
ditelan dengan pisang yg telah dikunyah lembut. Bertahap, bisa masuk 8 kapsul gede.
Karena mencari ikan gabus agak ribet, pilihan lainnya, kerang kece. Kerang kece ini rekomendasi dari rekan kerja saya di BPKLN Depdiknas, Dr. AB Susanto (Beasiswa Unggulan) yg doktor perikanan. Kerang kece direbus dan airnya diminum. Kerang kece ini kerang sungai, dan syukurlah mudah didapatkan dari sungai di belakang rumah famili saya di Turi Sleman. Tadi pagi, kerang kece ini direbus putri kami, ada sekitar 5 sendok. Semula rebusan kerang kece ini
akan saya masukkan ke kapsul, namun saya campur dengan sup asparagus, jadi terasa lezat.
Dokter visit, Senin siang, mesti infus albumin. Albumin inject 25% sebanyak 100ml seharga 2,1 juta, buatan farmasi dari USA. Ketika dokter berlalu, saya ragu, membeli atau teruskan uji coba saya dengan kerang kece. Ada 2 kadar albumin, yg 20% seharga 1,8 juta, agak lama meningkatkan kadar albumin dibandingkan dengan yg kadar 25%, kata residen. Saya bilang ke residen, saya ingin pakai kerang kece, namun dia takut kalau melanggar aturan dokter spesialis yg merawat suami saya. Saya katakan itu akan saya hadapi resikonya, namun saya kasihan jika ybs kena marah sebab saya sudah tahu prosedur aturan akademik di FK dalam pendidikan dokter. Akhirnya saya beritahu akan beli albumin 25%, yg tidak dicover askes, namun saya minta uji lab dulu dari hasil minum lendir dan rebusan kerang kece. Uji Lab baru dilakukan pk 6 pm, saya jawab itu terlambat, saya panggil HI-LAB saja. Saya telpon HI-LAB di 557744, datanglah perawat yg sudah kami kenal karena kami terbiasa panggil HI-LAB ke rumah. Saya cuma minta uji kadar albumin dalam darah. Dalam 30 menit ke depannya, hasil dikirim via SMS, kadar albumin 2,70. Dengan hasil lab 2.70 dari semula 2.12 terjadi peningkatan 0.58, dan ini amat berarti. Saya tunjukkan ke suami SMS dari HI-LAB di HP-nya "Lihat, 2,70 dari kadar semula 2,12. Ada peningkatan 0.58. Murah-meriah bahkan gratis selagi beli albumin inject seharga 2,1 juta." Kadar SGOT-SGOT juga turun.
Dulu, kami juga pernah manfaatkan kerang kece selain lendir ikan gabus, namun tidak langsung diikuti cek lab sehingga ragu. Kini, dengan uji lab langsung, benar2 dapat diketahui khasiatnya. Dengan bukti ini suami saya percaya.
Melihat semua itu, cara-cara gunakan resep tradisional ini, tentu sudah diketahui banyak masyarakat, namun uji lab secara serius mungkin belum dilakukan, apalagi sampai pada taraf paten.
Saya berharap dosen/mahasiswa ada yg berminat melakukan penelitian tentang manfaat kerang kece sebab sekian pasien yg menderita beberapa penyakit,
tampaknya selain sirosis juga ginjal, memerlukan albumin inject. Kasus gagal
ginjal sering terjadi, di bangsal kelas 3 saja sudah ada sekian pasien yg harus cuci
darah. Dengan harga albumnin yg mahal, tak mungkin pasien gakin bisa
membelinya, atau mungkin mereka saja yg dapat, bukan pasien askes wajib.
Apapun alasannya, jika resep tradisional ini dapat dikembangkan dan itu
memungkinkan, dengan cara mengamati pola hidup kerang kece, merebusnya
dengan kadar air dengan perubahan perbandingan kadar air dan kepekatan,
dianalisis kandungan proteinnya, lalu dicari dosis yg tepat, dan uji coba ke
pasien. Rebusan mungkin bisa dibuat soft capsul, ekstrak, apapun yg
memudahkan diminum dan khasiat tidak berkurang. Kerjasama dosen dari Farmasi, FK, dan lalu cari sponsor ke
perusahaan farmasi, atau via DP2M Hibah Bersaing. Temuan dipatenkan,
kerjasama dengan perusahaan farmasi, temuan diproduksi, dijual, bisa lebih
murah. Mungkinkah? Jangan sampai hal ini didahului bangsa lain.
Adakah rekan-rekan yang telah melakukan penelitian terhadap kerang kece ini???
Sayang saya tidak punya wewenang untuk bidang ini. Sungguh saya berharap
ada pihak yang meneliti topik ini sebagai peluang demi kesehatan dan demi ilmu.
Selalu di benak saya memikirkan bagaimana ilmu bisa dikembangkan. Termasuk
mengapa kami berminat menjadi cadaver jika kelak meninggal dengan harapan
para dokter memikirkan dirinya juga berminat menjadi pedonor (bukan untuk
cadaver saja, melainkan donor organ) agar bidang mereka berkembang atas
prakarsa mereka sendiri. Selagi dokter berlatih teknik bedah di luar
negeri, namun di dalam negeri tidak ada pedonor, dan sistem penunjangnya
secara hukum dsb, jangan pernah berharap dunia kedokteran bakalan maju. Yg
memikirkan kemajuan bidang medis mestinya para dokter itu sendiri, hidup dan
mati dari dan dalam bidangnya. Kami yg bukan dari bidang medis saja berpikir
ke sana, semata karena kami tahu bahwa kebutuhan dasar manusia adalah sehat
dan pintar. Dokter membuat masyarakat sehat dan guru membuat mereka pintar.
Oh ya, kini suami saya hobby makan sup asparagus plus kerang kece setelah yakin dengan manfaatnya. Tak mudah meyakinkannya. Ada yg kadar SGPT-SGOT-nya tinggi? Silakan coba dan cek lab setelah itu.
By : Pangesti, Erna Rochmawati
Sabtu-Minggu, dokter tidak visit pasien, menunggu treatment, dokter jaga yg residen tidak berani ambil keputusan meski tahu treatment yg perlu diberikan. Saya ambil inisitiaf menyuruh adik untuk menyembelih ikan gabus yg kami pelihara di rumah, dalam kondisi hidup diiris dekat insangnya, dan dalam keadaan menggelepar, langsung dikukus. Atau, beri air garam, ikan akan mati lalu diiris dan dikukus. Dari seekor ikan gabus, akan menghasilkan sesendok lendir. Dicampur dengan jeruk nipis atau madu, lendir diminumkan ke pasien. Namun, jangan harap setiap pasien mau minum lendir ini secara langsung, bisa mual karna amat amis. Kasus suami saya seperti itu sehingga saya harus memaksanya. Tetapi tak ada hasil, mulutnya tak mau terbuka untuk minum lendir. Saya cari akal, beli kapsul, dan lendir saya masukkan kapsul lalu
ditelan dengan pisang yg telah dikunyah lembut. Bertahap, bisa masuk 8 kapsul gede.
Karena mencari ikan gabus agak ribet, pilihan lainnya, kerang kece. Kerang kece ini rekomendasi dari rekan kerja saya di BPKLN Depdiknas, Dr. AB Susanto (Beasiswa Unggulan) yg doktor perikanan. Kerang kece direbus dan airnya diminum. Kerang kece ini kerang sungai, dan syukurlah mudah didapatkan dari sungai di belakang rumah famili saya di Turi Sleman. Tadi pagi, kerang kece ini direbus putri kami, ada sekitar 5 sendok. Semula rebusan kerang kece ini
akan saya masukkan ke kapsul, namun saya campur dengan sup asparagus, jadi terasa lezat.
Dokter visit, Senin siang, mesti infus albumin. Albumin inject 25% sebanyak 100ml seharga 2,1 juta, buatan farmasi dari USA. Ketika dokter berlalu, saya ragu, membeli atau teruskan uji coba saya dengan kerang kece. Ada 2 kadar albumin, yg 20% seharga 1,8 juta, agak lama meningkatkan kadar albumin dibandingkan dengan yg kadar 25%, kata residen. Saya bilang ke residen, saya ingin pakai kerang kece, namun dia takut kalau melanggar aturan dokter spesialis yg merawat suami saya. Saya katakan itu akan saya hadapi resikonya, namun saya kasihan jika ybs kena marah sebab saya sudah tahu prosedur aturan akademik di FK dalam pendidikan dokter. Akhirnya saya beritahu akan beli albumin 25%, yg tidak dicover askes, namun saya minta uji lab dulu dari hasil minum lendir dan rebusan kerang kece. Uji Lab baru dilakukan pk 6 pm, saya jawab itu terlambat, saya panggil HI-LAB saja. Saya telpon HI-LAB di 557744, datanglah perawat yg sudah kami kenal karena kami terbiasa panggil HI-LAB ke rumah. Saya cuma minta uji kadar albumin dalam darah. Dalam 30 menit ke depannya, hasil dikirim via SMS, kadar albumin 2,70. Dengan hasil lab 2.70 dari semula 2.12 terjadi peningkatan 0.58, dan ini amat berarti. Saya tunjukkan ke suami SMS dari HI-LAB di HP-nya "Lihat, 2,70 dari kadar semula 2,12. Ada peningkatan 0.58. Murah-meriah bahkan gratis selagi beli albumin inject seharga 2,1 juta." Kadar SGOT-SGOT juga turun.
Dulu, kami juga pernah manfaatkan kerang kece selain lendir ikan gabus, namun tidak langsung diikuti cek lab sehingga ragu. Kini, dengan uji lab langsung, benar2 dapat diketahui khasiatnya. Dengan bukti ini suami saya percaya.
Melihat semua itu, cara-cara gunakan resep tradisional ini, tentu sudah diketahui banyak masyarakat, namun uji lab secara serius mungkin belum dilakukan, apalagi sampai pada taraf paten.
Saya berharap dosen/mahasiswa ada yg berminat melakukan penelitian tentang manfaat kerang kece sebab sekian pasien yg menderita beberapa penyakit,
tampaknya selain sirosis juga ginjal, memerlukan albumin inject. Kasus gagal
ginjal sering terjadi, di bangsal kelas 3 saja sudah ada sekian pasien yg harus cuci
darah. Dengan harga albumnin yg mahal, tak mungkin pasien gakin bisa
membelinya, atau mungkin mereka saja yg dapat, bukan pasien askes wajib.
Apapun alasannya, jika resep tradisional ini dapat dikembangkan dan itu
memungkinkan, dengan cara mengamati pola hidup kerang kece, merebusnya
dengan kadar air dengan perubahan perbandingan kadar air dan kepekatan,
dianalisis kandungan proteinnya, lalu dicari dosis yg tepat, dan uji coba ke
pasien. Rebusan mungkin bisa dibuat soft capsul, ekstrak, apapun yg
memudahkan diminum dan khasiat tidak berkurang. Kerjasama dosen dari Farmasi, FK, dan lalu cari sponsor ke
perusahaan farmasi, atau via DP2M Hibah Bersaing. Temuan dipatenkan,
kerjasama dengan perusahaan farmasi, temuan diproduksi, dijual, bisa lebih
murah. Mungkinkah? Jangan sampai hal ini didahului bangsa lain.
Adakah rekan-rekan yang telah melakukan penelitian terhadap kerang kece ini???
Sayang saya tidak punya wewenang untuk bidang ini. Sungguh saya berharap
ada pihak yang meneliti topik ini sebagai peluang demi kesehatan dan demi ilmu.
Selalu di benak saya memikirkan bagaimana ilmu bisa dikembangkan. Termasuk
mengapa kami berminat menjadi cadaver jika kelak meninggal dengan harapan
para dokter memikirkan dirinya juga berminat menjadi pedonor (bukan untuk
cadaver saja, melainkan donor organ) agar bidang mereka berkembang atas
prakarsa mereka sendiri. Selagi dokter berlatih teknik bedah di luar
negeri, namun di dalam negeri tidak ada pedonor, dan sistem penunjangnya
secara hukum dsb, jangan pernah berharap dunia kedokteran bakalan maju. Yg
memikirkan kemajuan bidang medis mestinya para dokter itu sendiri, hidup dan
mati dari dan dalam bidangnya. Kami yg bukan dari bidang medis saja berpikir
ke sana, semata karena kami tahu bahwa kebutuhan dasar manusia adalah sehat
dan pintar. Dokter membuat masyarakat sehat dan guru membuat mereka pintar.
Oh ya, kini suami saya hobby makan sup asparagus plus kerang kece setelah yakin dengan manfaatnya. Tak mudah meyakinkannya. Ada yg kadar SGPT-SGOT-nya tinggi? Silakan coba dan cek lab setelah itu.
By : Pangesti, Erna Rochmawati
Sepertinya para dokter (Sp PD) lebih bersemangat memasarkan 'inject albumin' yg made in USA itu deh mba' tentu mereka punya 'alasan' yg kuat. Barusan hari lebaran kemarin mertua di inject albumin per kantong 1,2 juta ...
BalasHapusAssalamualaikum kak, saya nurlatifa ulfa seorang mahasiswa kedokteran hewan unhas 2015, sekrng saya menginjak semester 5 dimana ada matakuliah metil yang mewajibkan mahasiswa sudah mulai meneliti. Sebelumnya saya pernah membaca kadar albumin yg tinggi selain ikan gabus adalah kerang kece. Dan selama saya cari referensinya memang sangat kurang tentang kerang kece ini dan tidak sengaja menemukan blog yang kakak buat. Blog ini sangat menginspirasi saya. Dan terimakasih karena pengalaman kakak yang sangat membantu saya lebih bersemangat meneliti tentang kerang kece ini.
BalasHapus